Sabtu, 11 Juni 2016

Pengertian Manajemen Kebidanan

Pengertian Manajemen Kebidanan Menurut Ahli 

 

Pengertian Manajemen Kebidanan
1. Pengertian 
Pengertian manajemen kebidanan adalah pemecahan masalah yang dipergunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam tahapan yang akurat untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney,2004). 
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara sistematis, proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah menurut Varney (2004) tersebut adalah sebagai berikut : 
1 Langkah I : Pengumpulan Data Dasar 
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkanasuhan kebidanan pada pasien dan merupakan kebidanan pada pasien danmerupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data-data. 
1) Data Subyektif 
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagaisuatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut dapatditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatuinteraksiatau komunikasi. 
a) Identitas klien 
(1) Nama 
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. Untuk membedakan klien, mengetahui dan mengenal pasien. 
(2) Umur 
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. Untuk mengetahui umur ibu dan untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan umur ibu. 
(3) Agama 
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdo’a. Untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya. 
(4) Suku / Bangsa 
Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari. Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien. 
(5) Pendidikan 
Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya pentingdalam memberikan pendidikan kesehatan atau KIE pada kliensesuai dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan kesehatan diberikan sesuai tingkat pendidikan pasien. 
(6) Pekerjaan 
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya,karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh Pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan atau untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi. 
(7) Alamat 
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. Untuk mengetahui tempat tinggal pasien dan keadaan lingkungan sekitarnya. 
b) Keluhan utama 
Keluhan yang terjadi pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah mengalami perdarahan yang lebih banyak, pasien mengeluh lemah, pucat, berkeringat dingin, dan menggigil. 
c) Riwayat menstruasi 
Menarche umur berapa, haid teratur atau tidak, siklus berapa lama, lama haid, banyak darah, sifat darah (cair atau ada bekuan, warnanya, baunya), dismenorhea atau tidak, haid yang terakhir. 
d) Riwayat perkawinan 
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anaknya. 
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu 
(1) Riwayat kehamilan 
Untuk mengetahui ada gangguan seperti muntah-muntah, hipertensi, perdarahan waktu hamil muda.
 
(2) Riwayat persalinan 
Untuk mengetahui lahir aterm, preterm, posterm, ada perdarahan waktu persalinan, proses lahir plasenta spontan atau buatan, di tolong siapa, dimana tempat persalinan.
(3) Riwayat Nifas 
Untuk mengetahui apakah pernah mengalami perdarahan, infeksi, bagaimana proses laktasi dan apakah ada jahitan pada perineum. Riwayat nifas berpengaruh pada ibu nifas dengan laserasi jalan lahir karena apabila ibu sudah pernah mengalami masa nifas dengan laserasi maka ibu tidak merasa kaget dengan rasa nyeri pada luka jahitan perineum. 
(4) Riwayat Anak 
Untuk mengetahui jenis kelamin, jumlah anak, hidup atau mati,berat badan waktu lahir. 
(5) Riwayat keluarga berencana 
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah menggunakan KB atau tidak, jika pernah berapa lamanya, berapa tahun dan jenis kontrasepsi yang digunakan. 
f) Riwayat penyakit 
(1) Riwayat penyakit yang lalu 
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas. 
(2) Riwayat penyakit sekarang 
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. 
(3) Riwayat penyakit keluarga 
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. 
g) Psikososial 
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menghadapi menjadi seorang ibu. 
h) Riwayat sosial 
  1. Dukungan keluarga Bagaimana dukungan ibu atau keluarga terhadap ibu. 
  2. Pantangan makanan Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya pola makan. 
i) Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan selama hamil 
(1) Nutrisi 
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25 %, karena berguna untuk proses kesembuhan karena setelah melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. 
Semua itu akan meningkat beberapa kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau berwarna. Disampingitu makanan harus mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung adalah mineral, vitamin dan air. 
(2) Pola Istirahat 
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusio uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan diri sendiri. 
(3) Eliminasi 
BAB harus ada dalam 3 hari post partum dan BAK harus dilakukan spontan dalam 6 jam post partum. 
(4) Personal Hygiene 
Membersihkan daerah kemaluan setiap kali habis BAK atau BAB dan ganti pembalut setiap 3-4 kali sehari. 
2) Data Obyektif 
a) Pemeriksaan fisik 
Dilakukan dengan cara memeriksa keadaan umum ibu (Manuaba, 2007). Meliputi : 
(1) Keadaan umum 
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk. Keadaan umum pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah sedang. 
(2) Kesadaran 
Untuk mengetahi tingkat kesadaran ibu apakah compos menthis, somnolen atau koma. Tingkat kesadaran pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah compos mentis. 
(3) Tekanan darah 
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dengan di nilai hipertensi dengan satuan mmHg. Batas normalnya tensi untuk ibu nifas normal adalah 90/60 – 130/90mmHg. Pada kasus tekanan darah 110/70mmHg. 
(4) Suhu 
Suhu badan waktu inpartu tidak melebihi dari 37,20 C, sesudah partus dapat naik 0,50 C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 380 C. Normalnya 36,60 C – 37,60 C. Pada kasus suhu ibu 360 C . 
(5) Nadi 
Untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung dalam 1 menit, sedangkan normalnya denyut nadi dalam 1 menit adalah 60-100 x/menit. Pada kasus nadi ibu 80 x/menit. 
(6) Respirasi 
Untuk mengetahui pernafasan pasien dalam waktu 1 menit. Sedangkan normalnya pernafasan dalam 1 menit adalah 16- 20x/menit. Pada kasus respirasi 22x/menit. 
(7) Berat badan 
Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil, penambahan badan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu, tetapi nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg. 
(8) Tinggi badan 
Untuk mengetahui tinggi badan klien kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak.
(9) Lila 
Untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak. 
b) Pemeriksaan Fisik 
(1) Inspeksi 
Adalah pemeriksaan dengan melihat pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2004). 
(a) Kepala, meliputi : 
1. Rambut 
Untuk menilai warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya. 
2. Muka 
Keadaan muka pucat atau tidak, apakah terdapat kelainan atau oedema. 
3. Mata 
Conjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak. 
4. Hidung 
Untuk mengetahui keadaan hidung ada polip atau tidak . 
5. Telinga 
Untuk mengetahui bagaimana keadaan dau telinga, liang telinga dan timpani serta ketajaman pendengaran. 
6. Mulut dan gigi
Untuk mengetahui keadaan mulut apakah bersih atau ada caries dan ada karang gigi atau tidak. 
(b) Leher 
Apakah ada pembesaran kelenjar thyroid atau kelenjar getah bening. 
(c) Dada dan Axilla 
  1. Mammae Simetris atau tidak, konstitensi, ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol atau tidak, lecet atau tidak . 
  2. Axilla Adakah benjolan atau tidak, adakah nyeri saat ditekan 
(d) Genetalia dan perineum 
Pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah, bau), oedema, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan dan kebersihan perineum. 
(e) Anus 
Adanya haemoroid atau tidak dan adanya varices atau tidak. 
(f) Eksteremitas
Untuk mengetahui ada tidaknya oedema, varices dan reflekpatella. 
(2) Palpasi 
Yaitu suatu teknik yang menggunakan indera peraba tangan dan jari. 
  • Leher Apakah ada pembesaran kelenjar thyroid atau kelenjar getah bening. 
  • Dada Untuk mengetahui adanya benjolan pada payudara, nyeri tekan ada atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, bengkak ada atau tidak, terdapat nyeri tekan. 
  • Perut Untuk mengetahui adanya sub involusio, kontraksi uterus keras. 
(3) Perkusi 
Adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk atau membandingkan kanan atau kiri pada daerah permukaan tubuh.
Pada kasus ibu nifas dengan perdarahan postpartum karena retensio sisa plasenta pemeriksaan perkusi digunakan untuk mengetahui reflek patella. 
(4) Auskultasi 
Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop (Nursalam, 2004). Pada kasus ibu nifas dengan perdarahan postpartum karena retensio sisa plasenta pemeriksaan auskultasi digunakan untuk mendengarkan denyut jantung pasien dan tekanan darah. 
c) Pemeriksaan penunjang 
Pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan cara pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen (Wiknjosastro, 2005). 
2 Langkah II : Interpretasi Data Masalah dan kebutuhan. 
Data dasar yang sudah dikumpulkan diintpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah spesifik Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencangkup diagnosa (Varney, 2004). 
1) Diagnosa kebidanan 
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan (Varney, 2004). Diagnosa yang dapat ditegakkan pada ibu nifas post partum adalah “Ny. X P...A...Ah... X tahun postpartum hari ke 7 dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta”. Data Dasar : Subjektif Ibu mengeluh lemah, pucat dan berkeringat dingin, Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya. 
Objektif 
  • KU ibu sedang 
  • TTV : TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 360 C, R : 22x/menit. 
  • Sisa plasenta belum lahir. 
  • Terdapat perdarahan pervaginam setelah bayi lahir + 500 cc
  • Kontraksi uterus lemah 
2) Masalah 
Masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil dari pengkajian. Masalah yang muncul pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta adalah kecemasan terhadap keadaan yang dialami ibu karena perdarahan. 
3) Kebutuhan 
Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di dapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta menurut Varney (2004) adalah :
  • Informasi tentang keadaan ibu. 
  • Informasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh bidan. 
  • Dorongan moril dari keluarga dan tenaga kesehatan. 
  • Pemenuhan kebutuhan cairan. 
  • Penghentian perdarahan. 
3 Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial 
Dari interpretasi data diatas dapat diperoleh diagnosa “ Ny.X P...A...Ah... X tahun postpartum hari ke 7 dengan perdarahan postpartum sekunder (retensio sisa plasenta) disertai rasa cemas. Dari interpretasi dapat diperoleh data potensial : a. Ibu nifas dengan potensial terjadi perdarahan lanjut. b. Ibu nifas dengan potensial terjadi infeksi. 
4 Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera 
Untuk mengantisipasi terjadinya syok akibat perdarahan telah dipasang infus NaCl 0.9 % 20 tetes per menit untuk mencegah terjadinya syok pada pasien, sedangkan untuk mengantisipasi terjadinya infeksi sehubungan dengan perdarahan yang merupakan gejala metritis maka pasien diberikan antibiotik Ampisillin 1 gr sebelum dilakukan tindakan kuretase dan terapi antibiotik per oral metronidazol 1 gr 3 x 1, dan semua tindakan berdasarkan atas kolaborasi dengan dokter OBSGYN. 
5 Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh 
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan bidan menyusun rencana penanganannya. Penanganan yang dilakukan mencakup tujuan dan langkahlangkah yang akan dilakukan bidan untuk memecahkan masalah seperti dala perdarahan postpartum sekunder (retensio sisa plasenta), rencana tindakan antara lain kuretae untuk mengatasi perdarahan dan pemberian uterotonika (metergin 10 iu) untuk memperbaiki kontraksi uterus.
Jika pasien syok awal :
  • Periksa tanda-tanda vital, yakni jalan nafas bebas, pasang infus dengan cairan isotonik (NaCl 0,9 % / RL) 20 tetes per menit. 
  • Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin. 
  • Menjaga badan pasien tetap hangat. 
Mengatasi perdarahan dan mencegah infeksi : 
  • Lakukan plasenta digital / eksplorasi secara aseptik, jika tidak bisa dilalui oleh jari maka dilakukan dilatasi dan kuretase. 
  • Pemberian antibiotik ampisillin 1 gr intravena dan metronidazol 3x1 dan rencana tindakan berdasarkan atas kolaborasi dengan dokter OBSGYN. 
  • Trranfusi darah bila Hb < 8 gr% dan beri sulfas ferosis 60 mg/hari 
6 Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan 
Tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur pelayanan kebidanan. Dalam melaksanakan tindakan bidan dapat melakukan secara mandiri untuk kasus di batas kewenangannya. Dalam kasus retensio sisa plasenta disesuaikan penatalaksanaan kasusnya seperti : 
a. Diagnosa kebidanan “ Ny.X P...A...Ah... X tahun postpartum hari ke 7 dengan perdarahan postpartum sekunder (retensio sisa plasenta) rencana yang diberikan yaitu : 
  1. Melakukan observasi KU ibu dan vital sign 
  2. Melakukan observasi kontraksi uterus 
  3. Melakukan masase uterus 
  4. Memberi penjelasan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan 
  5. Melakukan kolaborasi dengan dokter OBSGYN
  6. Melakukan persiapan kuretase 7) Melakukan Kuretase 
  7. Memberikan uterotonika metergin 10 iu 
b. Ibu postpartum hari ke 7 dengan perdarahan postpartum sekunder (retensio sisa plasenta) dengan rasa cemas, tindakan yang diberikan yaitu: 
  1. Memberi penjelasan kepada ibu tentang kondisi yang dialaminya. 
  2. Memberi penjelasan tentang tindakan yang telah dilakukan 
  3. Memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu agar tetap tenang 
c. Diagnosa potensial ibu postpartum dengan potensial terjadi syok, tindakan yang diberikan yaitu: 
  1. Melakukan observasi KU dan Vital Sign 
  2. Memberi cairan infus NaCl 0,9 % 20 tetes per menit dan tetap observasi tetes infus.
  3. Melakukan observasi perdarahan 
  4. Mengusahakan ibu tetap dalam keadaan sadar 
  5. Melakukan pemeriksaan HB 
d. Ibu postpartum dengan potensial terjadi infeksi, tindakan yang diberikan yaitu : 
  1. Melakukan observasi tanda-tanda infeksi (suhu dan bau perdarahan) 
  2. Memberi antibiotik ampisillin 1 gr intravena dan metronidazol per oral 
  3. Memotivasi ibu untuk menjaga kebersihan 
7 Langkah VII : Evaluasi 
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan didalam penatalaksanaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang sudah dilakukan, keluhan dari pasien dan observasi tenaga kesehatan. Evaluasi dari kasus ini yaitu : 
  • Pasien sudah tidak pucat b. Kesadaran Compos Menthis 
  • Tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu stabil 
  • Perdarahan berkurang, serta perdarahan tidak berbau busuk 
  • Tinggi fundus uteri sesuai dengan ukuran normal pada hari ke 7 postpartum di pertengahan pusat simfisis f. Kontraksi uterus baik 
  • Rasa cemas ibu berkurang Didalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah Varney,sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian (Varney, 2004) yaitu : 
S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. 
O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. 
A (Asessment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa interprestasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi. 
  • Diagnosa / masalah 
  • Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial 
  • Tindakan segera oleh bidan / dokter, konsultasi /kolaborasi serta rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney 
P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan, berdasarkan assessment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar